Pages

Jumat, 29 Maret 2013

curhat




                                          The Flat Life
            Yogyakarta, 19 Januari 2013
Suara adzan berkumandang, nyawa ku kumpulkan demi melaksanakan kewajiban yang satu ini. Para santri Al-Hakim pun tak banyak pula dari mereka yang masih terlelap jatuh dalam buaian dinginnya pagi. Alhasil, saking seringnya ini terjadi, para ustadz yang turun tangan.
“naak, naaak, banguun sudah shubuh” sahutan ustadz tiap melewati koridor-koridor kamar.
Sayang, hal ini hanya berbuah asam manis, alias masih banyak juga dari mereka yang masbuk sholat shubuh. Untungnya, para ustadz pun masih memiliki tingkat kesabaran seolah seperti seorang yang menjadi korban para Beater  dalam anime Sword Art Online. Satu hal yang unik dari kejadian tiap pagi ini adalah ketika para santri seusai sholat shubuh. Mereka terlihat khusyuk seperti berdoa, padahal mereka tertidur lagi dengan lelap. Santri yang mendapat giliran kultum shubuh pun seolah sedang berbicara dengan mayat hidup. This is too einmaligh.
Detik pun terus berputar, seolah mencari angka 13 yang ada pada jam. Tak pernah berhenti. Aku pun memulai hariku dengan secercah harapan yang tak kunjung sirna dengan dibekali niat. Ketika hendak ingin meyiapkan pelajaran, tak lupa ku bertanya terlebih dahulu pada ketua kelas yang kebetulan tinggal diasrama. Aku pun menelusuri koridor kamar, teringat hari-hari ku berjalan dengan amat sangat monoton. Tak banyak hal yang aku temukan.
“Tugaas, tuugas, pr, tak ada kah satu hari saja tanpa pr, huh??!!” gumamku dalam hati.
Akhirnya aku pun sampai dalam kamar pak ketua itu, tak lain ialah Azid. Sosok berperawakan tinggi dengan wajah sedikit lebih tua jika dibandingkan dengan umurnya.
“Aziiid, sekarang pelajarannya apa aja?” tanyaku dengan wajah datar.
komputer, matematika, sastra, sama sejarah” jawab azid dengan muka datar pula.
“hhaah?? Komputer?” tersentak aku sedikit senang mendengarnya. Lantaran dengan pelajaran ini teringat dengan sosok guru yang setidaknya membuat hariku sedikit greget. Greget tak lain karena tingkah laku guru yang satu memang benar-benar unik. Panggil saja Pak Agus “He’s not like an ordinary person” ujarku sambil menghela nafas panjang. Ia selalu tebar pesona alias murah senyum kapanpun dimanapun, terutama disekolah. Senyumnya amat sangat ambigu, seolah sekolah merupakan taman yang berhiasi bidadari-bidadari surga yang jatuh.
Jujur, pertama kali ku temukan guru seperti dia. Wajahnya yang sulit diungkapkan dengan kata-kata jika sudah bercanda gurau dengan para siswa.


Exactly, bukan cuma itu yang membuatku senang, tak lain lantaran karena ia mengingatkanku pada sosok kakak tertuaku. Sebut saja Kamal, kini ia sedang menempuh kuliah di fasilkom UI. Uhibbuhu fiillaah.
“Krriiiing-krriiing” bel sekolah pun berkicau.
Beberapa saat kemudian datanglah Pak Agus, lagi-lagi dengan senyum ambigunya. Ia memerintahkan pada kami untuk membuat sebuah tulisan prosa dengan alibi “tunjukkan jika kalianmenguasai Microsoft word”. Klasik sekali!!. Aku berpikir “ngga ada tugas lain yang lebih greget apa??”. Kembali ku memerhatikan pak guru itu yang sebelumnya menjelaskan arti kata Pad pada iPad, Word Pad, dan Note Pad.
“hwhahahahaaahahaaa” serentak tawa teman-temanku membahana karena pak agus menjelaskan dengan dibumbui banyolan.
Teman-temanku termasuk aku pun bergegas menuju labkom yang terletak diujung sekolah. Kami mengerjakan apa yang diperintahkan Pak Agus dengan penuh simpati, sehingga akupun menulis “ ini..ini yang aku tulis!!”.  Ku pejamkan mata, sehingga aku seolah mengetahui apa yang akan terjadi tiga belas jam dari sekarang. Déjà vu adalah hal sering ku alami, sehingga inilah yang membuatku menulis cipratan apa yang aku alami pada carik-carik kertas ini.
“okeeh, waktu kita telah habis” ujar Pak Agus.
Well, sesegera mungkin aku mengakhiri cerita ini. Tak banyak yang bisa aku lakukan dalam hidup ini, hanya bias manadahkan tangan pada orang tua dan yang kuasa. Sekian dan terima kasih.
sebenernya siiih belum dua halaman, damn, time’s up!!” geramku dalam hati dalam menulis ini. Malas rasanya mengoreksi tulisan ini, tapi, sudahlah. Tugas ini ku serahkan pada pihak yang berwajib, Pak agus. -__-!!


0 komentar

Posts a comment

 
© 2011 boim's notes | 2012 Templates
Designed by Blog Thiết Kế
Back to top